SERPIHAN SURGA DI NUSA TENGGARA BARAT...RINJANI (Part 2)

Photo by : Abdul Haris

Siang itu sekitar pukul setengah 2 siang danau segara anak yang terlihat kebiruan mulai menghilang dari padangan tertutup putihnya awan yang begitu menggumpal kala itu. Perjalanan kembali kami mulai, secara perlahan kami mulai menuruni jalur yang kian lama kian curam, kaki yang masih terasa lemas lantaran seturunnya dari puncak yang hanya di selingi setengah jam istirahat dan setengah jam untuk packing dan makan. Perjalanan siang itu boleh di katakan cukup sepi, hanya beberapa pendaki dan beberapa porter yang lewat baik dari segara anak menuju sembalun, maupun dari sembalun menuju segara anak seperti kami.


Jalan Terjal menuju Danau segara anak

Cerita-cerita mistis pun tiba-tiba menghinggapi saya yang akan melewati jalur turun menuju danau segara anak, banyak cerita-cerita tidak mengenakan ketika jalur berubah menjadi hutan pinus yang di sertai jembatan yang cukup gelap meski pada sore hari. Namun tanpa bicara, kami terus berjalan dan berjalan seolah tak peduli hal-hal semacam itu.

Jalan kian menurun, tebing-tebing tak bisa kami hindari, merayap bak cicak di bebatuan dan sambil menjaga langkah agar tidak terpleset. Ketika itu mulai pukul 4 sore, “meng, tunggu bentar deh, gw mau ngeliat gimana itu porter naik”, sahut saya kepada haris, yang kala itu berpapasan pada porter yang memikul barang bawaan yang sangat banyak dan hanya menggunakan sendal jepit, sedikit terkejut, namun para porter sangat mudah menaiki tebing tersebut tanpa menggunakan tangan sama sekali, “gila ya, kaki nya bisa nempel gitu. Haha”, sahut saya.


Porter yang hanya menggunakan sendal jepit sebagai alas kaki


Sore yang begitu cerah, saya, haris dan anggi kebetulan menjadi yang terakhir jalan di belakang, berjalan santai sambil menikmati pesona Rinjani yang begitu memanjakan mata. Sinar mentari yang begitu indah, cahaya nya yang tembus dari bukit-bukit seolah memaksa untuk berhenti sebentar dan mengabadikan momen indah tersebut.

Senja yang sangat indah

sekitar pukul 4 sore di jalur menuju segara anak

Setelah 3 setengah jam berjalan dari pelawangan sembalun, danau segara anak kembali terlihat, setelah tertutup lembah-lembah dan tebing. Senyum pun tak bisa kami hindari, akhirnya setelah berjam-jam berjalan kami sudah tiba di bibir danau yang begitu kebiruan sore itu. Mendirikan tenda, bersih-bersih serta memasak menjadi agenda kami selanjutnya.

Hampir tiba di Danau Segara Anak

Matahari pun tenggelam di ganti indahnya pesona malam di pinggir danau yang airnya memantulkan sinar rembulan. Di sanalah saya berkenalan dengan rombongan lain, yang ternyata beberapa berasal dari Jakarta, Guntur, Ami, bang Zoffar, dan mba Yeyen dan Yogi, yang kemudian persahabatan kami cukup kental hingga sekarang.

Sekedar tidur-tiduran di tepian danau sambil memandang langit di malam yang cerah dan cukup dingin tersebut menjadi momen wajib untuk saya, sambil merefleksikan hidup, menengok kembali kebelakang dan bersyukur.

Pagi di tepian Danau

Malam berganti pagi, selesai sholat subuh, saya berkeliling ke tepian danau yang perlahan di sinari cahaya matahari yang masih malu-malu. Agenda hari ini kami ingin menuju gua susu dan sedikit menikmati air panas yang berlokasi tak jauh dari danau tersebut.

Jalan Menuju Gua Susu

Jalan menuju gua tersebut juga tak kalah indahnya, savana yang begitu luas, di selingi beberapa awan yang seolah sangat dekat makin menambah semangat kami untuk terus melangkah. Tibalah kami di gua susu, ternyata di sana cukup ramai, meski kebanyakan dari pengunjung adalah warga lokal yang “mencari ilmu”, mereka umumnya menggunakan kain putih, dan terkadang membawa sesajen, dan membawa botol plastik untuk sekedar membawa air yang keluar dari dalam gua untuk di bawa pulang. Salah seorang dari mereka pun bercerita kepada saya, bahwa terdapat 3 tahapan yang umumnya di jalani orang-orang tersebut, “pertama kita ke gua putri mas, terus ke gua susu, lalu untuk tahapan akhirnya pembersihan dan mandi di danau segara anak”, tegas salah seorang dari mereka, saya pun terus mengobrol dengan beliau. Tak lama berselang tak tahan godaan, saya pun memasuki gua susu yang jalannya cukup licin dan pintu masuknya berada di tebing-tebing. Puas menikmati air hangat di dalam gua, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju camp area di tepian danau.

Tepian Gua Susu

Tak banyak kegiatan yang saya lakukan setelah itu, hanya duduk, berkeliling seputaran danau, serta sesekali mengobrol dengan beberapa porter. siang menjelang, saya melihat seorang wisatawan asing tiba-tiba berenang di danau, sedikit kaget dan ingin juga merasakan berenang di ketinggian lebih dari 2000 m, saya, haris, toqe, serta syarif pun ikut nyebur di tepiannya. Dan tak disangka airnya dingin sekali, meski siang hari, “dingin bener coy ini airnya, kaya air kulkas kali yaa, haha”, ujar saya pada syarif. Hanya setengah jam kami berendam di danau tersebut.

Berenang di Danau, Photo by : Yogie

Setelah itu kami menghabiskan hari dengan sekedar memancing di tepian danau, sambil berbagi cerita. Sepertinya hasil tangkapan ikan cukup banyak sore itu, sekitar pukul 5 sore, di temani semilir angin serta suara dedaunan tertiup angin, kami pun kembali memasak. Hhmm, ikan bakar bakal menjadi menu santapan kami selanjutnya.

Photo by : Abdul Haris

Photo by : Abdul Haris

Rasanya nikmat sekali menyantap ikan mas, serta nila hasil tangkapan bersama dan menikmatinya di tepian danau segara anak yang begitu indah. Sore berganti malam, kami kembali berbagi cerita di tepian danau.

Senja pun tiba, menandakan sore terakhir kami di danau segara anak, rasa-rasanya tidak kan pernah cukup jika hanya 2 malam di danau segara anak. Sore yang indah berganti malam yang penuh bintang, cuaca sangat cerah malam itu, kami pun menghabiskan sisa logistik, agar keesokan harinya tidak terlalu berat ketika melalui jalur senaru.

Memandang puncak Rinjani sebelum menuju plawangan Senaru

Pukul 8 pagi, setelah packing serta sarapan, kami bergegas melahap jalur senaru. Meski sebelum mendaki rinjani, beberapa teman telah bercerita mengenai jalur senaru yang cukup banyak cerita tidak mengenakan, terutama pada makhluk astral. Seolah berpacu dengan waktu, kami terus berjalan agar tidak terjebak malam di hutan senaru tersebut. Pukul 12 siang kami sudah tiba di plawangan senaru, begitu indah danau segara anak dari kejauhan, gunung baru jari yang terlihat jelas, serta puncak Rinjani yang kokoh berdiri.

Photo by : Abdul Haris

Jalur Senaru yang begitu Indah

Jalur Senaru yang begitu indah siang itupun tak luput dari pandangan kami, sesekali kami berhenti untuk sekedar beristirahat dan mengambil foto. 

Jalur yang terus menanjak untuk tiba di Plawangan Senaru

mengambil Foto sejenak sebelum menajutkan perjalanan

Sekitar 45 menit beristirahat, kami melanjutkan kembali perjalanan. Plawangan yang begitu panas, dan sedikit pepohonan, berganti menjadi hutan belantara yang di penuhi pepohonan yang begitu besar. Otak saya pun berkecamuk mengenai “cerita-cerita” tersebut, seolah tak perduli, saya terus berjalan tanpa peduli apapun dan terus menjaga pikiran-pikiran saya. Meski kala itu siang hari, namun serasa sore menjelang magrib di hutan senaru, gelap, dan penuh misteri.

Saya pun terus berjalan hingga tiba di pos 3 senaru, sedikit menyantap cemilan sambil menunggu beberapa teman lain yang tak begitu jauh jaraknya. Setelah itu kami terus berjalan hingga tiba di pos 2 senaru, sejenak saya berhenti dan melakukan sholat ashar. Kala itu sekitar pukul 4 sore. Selesai sholat, kami kembali tancap gas, agar tidak kena malam di jalur senaru. Akhirnya sekitar pukul 5 sore, saya tiba di pintu rimba senaru. Senang bukan main rasanya, akhirnya 5 hari perjalanan kami di Gunung Rinjani berhasil, dan tanpa ada kendala apapun. Karena hari mulai malam, akhirnya kami bermalam di pos pendakian di senaru, lokasinya agak jauh dari pintu rimba senaru, sekitar setengah jam jika berjalan kaki.

Tak banyak kata terucap malam itu, selain rasa syukur yang mendalam, dan dalam hati saya berkata akan kembali lagi ke sini kelak. Terima kasih untuk 5 hari tak terlupakan seumur hidup, Rinjani & para sahabat.

Jalur pendakian yang kami tempuh :

H1           Sembalun Lawang – Pos 1 (Tengengean) – Pos 2 (Pemaluan)
H2           Pos 2 – Plawangan Sembalun
H3           Plawangan Sembalun – Puncak Gn Rinjani – Danau Segara Anak
H4           Danau Segara Anak – Air panas – gua susu
H5           Danau Segara Anak - Senaru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar